Jumat, 28 November 2008

SELAMATKAN BUMI DENGAN PEMBANGUNAN HTI
Oleh : Edina Emininta Ginting, S.Hut.

Industri pulp merupakan salah satu industri hasil hutan yang sangat penting, karena perannya dalam perolehan devisa dan ekonomi nasional. Percepatan pembangunan hutan tanaman oleh industri maupun masyarakat dan industri pulp yang menjadi prioritas sektor kehutanan juga dilatarbelakangi oleh kondisi dan tingkat degradasi hutan alam yang sampai saat ini masih menjadi tumpuan penyediaan bahan baku industri kayu, penerapan prinsip dan persyaratan dalam pembangunan hutan tanaman, khususnya untuk produksi kayu pulp, perlu direncanakan serta dikendalikan dengan cermat dan penuh tanggung jawab sehingga tidak menimbulkan dampak negatif secara ekonomi, sosial maupun lingkungan, tanpa menghambat kebijakan pengembangan hutan tanaman industri yang sedang dipacu oleh Departemen Kehutanan. Pembangunan hutan tanaman industri yang terintegrasi dengan industri merupakan konsep pembangunan hutan dimasa depan, karena akan terjadi subsidi silang dan mampu mempertinggi keuntungan baik bagi pengusaha, pemerintah maupun alam sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan hutan tanaman.
Hutan Tanaman merupakan suatu konsep pembangunan hutan yang bertujuan untuk mengatasi berbagai persoalan yang bermuara pada terciptanya kelestarian ekosistem lingkungan dan berkelanjutan peran sosial-ekonomi sumber daya hutan. Dalam prespektif tersebut, diperlukan suatu konsep penyelenggaraan kegiatan rehabilitasi kawasan hutan tidak produktif yang dipadukan dengan ketersediaan pemenuhan kebutuhan bahan baku industri kehutanan. Sejalan dengan kebijakan restrukturisasi sektor kehutanan,
Pemanasan global dan perubahan iklim menjadi isu lingkungan yang populer untuk dibahas selama beberapa waktu belakangan ini. Bumi yang semakin tua dan panas terasa gerah oleh isu perubahan iklim dan pemanasan global yang menggugah kesadaran para pemerhati lingkungan. Seyogyanya, konsep pembangunan hutan tanaman industri yang lestari dan berkesinambungan dapat dijadikan benteng bagi peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer sebagai sumber utama penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Gas rumah kaca secara alami penting untuk kehidupan di bumi. Tanpa mereka, kita tidak dapat hidup karena bumi akan menjadi terlalu dingin. Namun, jumlah mereka yang terlalu banyak dan peningkatan temperatur global membuat iklim menjadi tidak stabil, sehingga kesehatan kita dan kesehatan ekosistem global berada dalam bahaya. Aktifitas manusia telah melepaskan lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer, meningkatkan temperatur global rata-rata dan menciptakan perubahan iklim.
Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca dan karena berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfer, menyebabkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat dramatik sejak dimulainya revolusi industri, dimana berdasarkan pengukuran di Mauna Loa, CO2 di atmosfer meningkat sekitar 31% dari 288 ppm pada masa pra-revolusi industri menjadi 378 ppm pada tahun 2004 (Keeling dan Whorf, 2004). Penyebab utamanya adalah pembakaran batu bara dan minyak bumi, dan diikuti dengan deforestasi yang akhir-akhir ini semakin meningkat.
Untuk meminimumkan dampak dari perubahan iklim ini, diperlukan upaya menstabilkan konsentrasi CO2 di atmosfer dan konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC), melalui Protokol Kyoto mewajibkan negara-negara industri untuk menurunkan emisinya sebesar 5% dari level tahun 1990. Dalam protokol ini, afforestasi dan reforestasi dihitung sebagai rosot karbon yang kegiatannya termasuk dalam kerangka CDM (Clean Development Mechanism). Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses photosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas physiologinya. Jasa hutan berupa penyerapan CO2 ini merupakan salah satu potensi penambah income (selain kayu dan atau hasil ikutan) bagi kehutanan Indonesia, sekaligus mendorong tercapainya pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan.
Mempertimbangkan hal hal tersebut diatas, pembangunan Hutan Tanaman yang terkonsep untuk keperluan industri seyogyanya dilakukan secara serius sehingga membuahkan hasil berupa areal hutan tanaman yang lestari dan berkesinambungan. Manfaatnya dalam menunjang produktivitas hutan akan berdampak bagi dunia umumnya yang diharapkan mampu mengurangi dampak gas rumah kaca, yakni pemanasan global dan perubahan iklim.
.

Tidak ada komentar: