PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI:
SOLUSI ALTERNATIF PEMBENAHAN DUNIA KEHUTANAN
Oleh : Kristian H. Sihaloho, S. Hut.
Era pembukaan hutan alam oleh perusahaan HPH (Hak Pengusahaan Hutan, sekarang IUPHHK) telah berakhir sudah. Keadaan ini ditandai dengan semakin kecilnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan hutan alam. Berdasarkan data yang dirilis oleh DEPHUT (Data Strategis Kehutanan, 2005) jumlah perusahaan HPH/IUPHHK (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) yang ada di Indonesia sampai bulan Agustus 2006 sebanyak 303 unit perusahaan dengan luas areal 28,1 juta ha. Namun yang aktif hanya 149 unit dengan luas areal 14,6 juta ha (EG. Togu Manurung, Roadmap Revitalisas Kehutanan, 2007).
Banyaknya jumlah perusahaan yang tidak aktif ini (154 unit) ditengarai karena semakin sulitnya mencari lokasi/areal hutan yang masih memiliki tegakan hutan alam dengan diameter besar (> 80 cm) untuk dapat dijadikan bahan baku plywood (kayu lapis), kurang profesionalnya sumber daya manusia yang mengelola perusahaan serta rendahnya komitmen terhadap sistem pengelolaan hutan yaitu sistem TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia) sebagai landasan kerja HPH/IUPHHK dalam pengelolaan hutan alam dengan sistem sylvikultur Permudaan Alam maupun Permudaan Buatan. Pengelolaan hutan hanya dititikberatkan pada pengambilan potensi kayu tanpa melakukan kegiatan penanaman kembali untuk meminimalisir kerusakan hutan dan mengembalikan potensi hutan yang telah diambil. Keadaan ini mengakibatkan banyaknya areal terlantar/marjinal yang telah ditinggalkan pengusaha yang pada akhirnya berpotensi menciptakan masalah lingkungan (pemanasan global) dan sosial (hilangnya mata pencaharian penduduk sekitar, penurunan kesejahteraan, dll).
Tindakan pengelolaan hutan yang serampangan ini mengakibatkan laju deforestasi yang sangat tinggi dan berdampak pada kerusakan ekosistem hutan (Berdasarkan pemetaan Dephut, 1985-1997 angka deforestasi 1,87 juta hektar, 1997-2000 angka deforestasi 2,83 juta hektar, 2000-2005 angka deforestasi 1,18 juta hektar). Kondisi diatas cukup mencoreng praktisi (rimbawan) kehutanan Indonesia yang dituding sebagai penyebab kerusakan hutan Indonesia. Hutan yang seharusnya dapat dikelola untuk memberikan manfaat ekonomi, sosial dan ekologi bagi kehidupan masyarakat sekitarnya tidak berjalan dengan optimal.
Melihat kondisi diatas langkah penanganan dan pembenahan hutan Indonesia harus segera dilakukan karena begitu luas (16,4 juta ha) areal hutan produksi yang terbuka atau “open access” dan tidak memberikan kontribusi apapun terhadap lingkungan maupun kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Salah satu langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah dengan upaya mengembalikan manfaat ekonomi, sosial dan ekologi lewat pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Pembangunan HTI diyakini sebagai langkah alternative yang cukup pantasdan relevan untuk dijadikan sebagai model perbaikan fungsi hutan karena pengelolaan HTI menerapkan sistem sylvikultur tebang habis dengan penanaman kembali (KEPMENHUT No. 435/Kpts-II/1997, pasal 1).
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. sebagai satu-satunya perusahaan HTI di Prop. Sumatera Utara dengan luas areal konsesi 269.060 Ha (SK Menhut No. 493/Kpts-II/1992) telah melakukan kegiatan pembangunan HTI dengan sistem sylvikultur yang telah ditentukan oleh pemerintah yaitu tebang habis dengan penanaman kembali. Konsep penegelolaan hutan yang dilakukan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan pengelolan hutan yang dilakukan oleh HPH pada umumnya. Letak pebedaan itu a.l:
Pengelolaan hutan dilakukan pada areal marjinal atau terlantar.
Melakukan pembukaan hutan secara terbatas dengan meninggalkan zona penyangga hutan (green belt). Tidak mengeksploitasi hutan secara keseluruhan.
Kepastian untuk menanam areal yang telah ditebang dengan jenis tanaman perennial (tahunan) cepat tumbuh (Fast Growing Species) yaitu Eucalyptus sp (panen 6-7 tahun). Bahan baku berasal dari penanaman pohon secara berkesinambungan.
Pola pemanenan ramah lingkungan. Hanya mengambil batang pohon dan meninggalkan ranting, cabang dan daun sehingga nutrisi/unsur hara yang telah diserap tanaman dikembalikan lagi ke tanah serta memelihara tunggul tanaman yang telah ditebang untuk dijadikan tanaman selanjutnya (coppicing).
Memperhatikan kelestarian lingkungan (ISO 14001) serta menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK 3, Golden Flag) dalam operasional kehutananan maupun pabrik.
Melalui beberapa konsep pengelolaan hutan yang dilakukan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. dapat kita simpulkan bahwa operasional HTI turut menyumbang untuk perbaikan kondisi ekologi, social maupun ekonomi di sekitarnya melalui berbagai aktivitas dalam pembangunannya. Melalui pembangunan HTI yang dilakukan maka akan dapat menutupi areal-areal terlantar yang dahulunya terbuka (open acces) menjadi areal yang memiliki daya guna. Selain dari operasional HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. yang mendatangkan peningkatan pendapatan masyarakat daris sisi ekonomi, peran HTI yang dikembangkan untuk perbaikan fungsi ekologis juga cukup besar. Hal ini secara ilmiah dapat dilihat dengan kemampuan tanaman untuk dapat mengabsorpsi CO2 melalui proses photosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Biomassa tersebut dapat berupa akar, batang, ranting, cabang maupun daun. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas physiologinya. Jasa hutan berupa penyerapan CO2 ini merupakan salah satu potensi penambah income (selain kayu dan atau hasil ikutan) bagi kehutanan Indonesia, sekaligus mendorong tercapainya pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan.
Mempertimbangkan hal hal tersebut diatas, pembangunan Hutan Tanaman Industri sudah saatnya menjadi model penyelamatan hutan Indonesia yang semakin hari kian terpuruk karena ketidakjelasan orientasi pengelolaannya. Melalui pembangunan hutan tanaman industri yang terintegrasi dengan industri seperti yang dilakukan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. merupakan konsep pembangunan hutan dimasa depan, karena akan terjadi subsidi silang dan mampu mempertinggi keuntungan baik bagi pengusaha, pemerintah maupun alam sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan hutan tanaman.
Semoga…
Jumat, 28 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar